KALI MENDUT 2

Kali Mendut

Bab 2 : Awas ada ular

Aku menyusuri Kali Mendut di paling depan, berbekal ceting yang kubawa aku berharap bisa mendapatkan ikan wader kesukaanku. Tampak di belakangku ada Rika yang membuka batu-batu kecil, ia berharap dapat menemukan udang yang terkadang sembunyi di bawahnya.  Tito dan Andi begitu tenangnya duduk di atas batu yang di bawahnya mengalir aliran air kali mendut yang dalam. Pasti mereka berharap kailnya akan mampu menjerat ikan yang lebih besar. Seperti inilah kesibukan anak-anak di desa kami setiap hari Minggu. Saat sekolah libur kami akan bermain dengan alam sekitar. Aku terus menyusuri Kali Mendut, sejak tadi belum aku dapatkan ikan atau satupun udang. Saat aku melangkah, aku merasa menginjak sesuatu yang berbeda. Ini bukan ranting ataupun daun. Aku seperti menginjak suatu benda yang licin. Ini seperti kulit ikan, tapi mengapa begitu licin. Ahh..  Dia bergerak. Aku harus menangkapnya.

Yuli : Rati, sepertinya ada ikan di bawah kakiku.
Rika : Jika kamu menemukan ikan mengapa tidak kamu tangkap.
Yuli : Ayo, kamu ke sini! Ini ikannya terinjak, jika aku bergerak aku takut ikannya akan lari.
Rati : Tunggu, aku akan ke sana.
Yuli : Cepat!

Rati pun bergegas menghampiri Yuli untuk membantu Yuli menangkap ikannya yang ia injak.

Rika : Mana ikannya?
Yuli : Di bawah kakiku.
Rati : Apa yang kamu injak?
Yuli : Aku tidak tahu, kan aku tidak bisa melihatnya.
Rati : Tapi kan kamu bisa merasakan.
Yuli : Seepertinya buntut ikan.
Rati : Kalau buntut ikan kok tidak lepas ya, mungkin ikannya tidur. Coba aku lihat!

Rati melihat ada tumpukan daun jati yang berguguran dan menunutup sebagian aliran air. Rati beranggapan bahwa mungkin kepala ikan ada di antara semak-semak tersebut karena buntut ikan itu diinjak oleh Yuli.

Rati : ahhhhhhh.. . . Uuuuuu.. .  Ular.

Rati yang setelah mengetahui dibalik daun itu adalah ular menjerit dan berlari ketakutan. Aku yang melihat ekspresi Rati dan teriakkannya pun ikut lari dan berteriak.

Yuli: Tolong! Ada ular.

Aku tidak sempat melihat ke arah kakiku ataupun melihat ke arah tumpukan daun jati yang tadi dibuka oleh Rati. Aku merasa perlu menyelamatkan diri mengikuti arah Rati berlari. Aku melihat Rati yang begitu ketakutan hingga ia terpeleset berkali-kali dan bajunya basah kuyup. Kami pun berlari bersama menuju ke arah Tito dan Andi memancing. Merekapun tampak bingung melihat kami berlarian, bahkan melihat Rika yang benar-benar basah semua. Tampaknya Andi mendengar teriakan kami dan ia pun langsung menannyakan keadaan kami.

Andi : Dimana ada ular?
Rika : aahh uhhh ahhh uhhh (napasnya terengah-engah) di sana (menunjuk ke arah dimana Aku dan Rati berada tadi).
Tito : Salah lihat kali.
Rati : Nggak ahh.. Tadi aku lihat kepalanya.
Yuli : Tapi kalau memang itu ular kok saat aku injak tidak memberontak ya.
Rati : Mungkin ularnya lagi tidur.
Andi : Kalau ular tidur kenapa harus takut?
Rati : Biar tidur namanya tetap ular kan. Udah yukk kita pulang aja. Aku masih merinding nih.
Andi : Kita belum dapat apa-apa masa mau pulang.
Rati : Besok lagi aja kita carinya. Pokoknya aku mau pulang ya. Terserah kalau kalian masih mau di sini.
Yuli : Ya sudah yuk kita pulang, kamu juga sudah basah semua.
Rati : Kalian yakin tetap akan memancing? Awas loh dipatok sama ular.
Tito : Yakinlah, kita kan anak laki-laki. Kalau sama ular kita nggak takut ya, Ndi.
Andi : Aku takut loh To.
Tito : Ahh cemen kamu. Kamu juga mau ikut pulang sama mereka, Ndi?
Andi : Ya udah aku temenin kamu. Tapi nggak usah sampai siang ya.
Tito : Iya Iya

Aku dan Rati memutuskan untuk pulang ke rumah. Aku kasihan melihat Rati yang basah kuyup, bahkan ia mengaku merasa perasaannya tidak enak setelah melihat ular tadi. Andi dan Tito kukuh untuk tetap memancing sampai mendapatkan ikan.

BERSAMBUNG ...