Sinopsis Sitti Nurbaya


Identitas Buku
     
Judul Buku                  : Sitti Nurbaya (Kasih Tak Sampai)
Pengarang Buku          : Marah Rusli
Penerbit                       : Balai Pustaka
Kota Terbit                  : Jakarta
Tahun Terbit                : 2006 (cetakan ke-40)
Tebal Buku                  : 333 Halaman

Sitti Nurbaya
Kasih Tak Sampai
Tanah minang hari itu tersenyum dengan awan cerah yang dihiasi sang surya yang tak lelah memancarkan cahayanya. Seperti terlihat dua persahabatan antara dua anak pribumi yang tak dapat dipisahkan yakni seorang anak laki-laki yang umurnya kira-kira 18 tahun itulah Syamsul Bachri anak dari Sutan Mahmud Syah penghulu di Padang yang berpangkat dan berbudi tinggi dengan gadis cantik yang kira-kira berumur 15 tahun dialah Sitti Nurbaya anak Baginda Sulaiman, seorang saudagar kaya di Padang. Keduanya telah berteman sejak mereka kecil, kedua orang tua mereka pun berteman akrab. Mereka bisa dikatakan bertetangga karena rumah mereka bersebelahan, namun mereka berdua tak seperti layaknya tetangga atau pun sekedar teman, bahkan mereka sudah bisa dikatakan seperti saudara kandung. Jika Sam mempunyai makanan tak lupa dia ingat akan Nur, sebaliknya jika Nur punya makanan tak lupa dia dengan Sam. Kemanapun mereka bersama-sama bahkan selalu berbagi cerita suka maupun duka.  Hingga suatu ketika ikatan batin pun terjalin diantara keduanya. Saudara, persahabatan bahkan lebih dari itu yang mereka rasakan saat ini.
Walau tak disadari oleh keduanya perasaan ini selalu timbul dari dalam perasaan mereka, bahwa sesungguhnya mereka tidak dapat hidup satu sama lainnya. Akhirnya semuanya pun terungkap ketika Sam harus meneruskan pendidikannya ke rantau orang pada sekolah Dokter Jawa di Jakarta. Tatkala malam saat diadakannya acara sebelum keberangkatan Sam ke Jakarta, saat itu Sam tak kuasa lagi menahan perasaan yang dipendamnya. Di sisi lain dia berat meninggalkan Nur yang menjadi teman dan saudaranya sejak ia kecil, selalu bersama saat ia suka maupun duka, namun di sisi lain dia tak mungkin mengubur cita-citanya dan kedua orang tuanya agar ia dapat menempuh gelar dan pendidikan yang tinggi.
Hingga setelah acara selesai dilihatnya wajah sang pujaan hatinya itu, tak kuasa seakan menahan tangis, akhirnya terurai segala perasaannya dari dalam hatinya. Tak terfikir olehnya apakah yang dijawab Nurbaya padanya, entahlah Nurbaya merasakan hal sama atau hanya menganggap ia hanya sebagai seorang saudara dan sahabat. Akhirnya Sam mengungkapkan pada Nurbaya bahwa ia sangat mencintainya, Nurbaya pun terlihat lensung pipinya tersenyum seraya ingin mengucapkan hal yang sama akan rasa cintanya kepada Sam. Tak lama kemudian keluarlah kalimat dari gadis padang nan cantik jelita itu ”Aku juga mencintaimu, Sam”. Akhirnya kedua insan yang sedang dirundung kasih itu pun mengucap janji, bahwa Sam hanya akan beristrikan Nurbaya dan Nurbaya hanya akan bersuamikan Sam dan tak orang lain di hati mereka masing-masing. Pada saatnya waktu telah memisahkan mereka keduanya saling bertatap di antara kesedihan di Pelabuhan Teluk Bayur. Tempat terakhir sejoli ini bertemu sebelum Sam akan kembali dari tanah rantaunya. Kedunya saling memberikan kenang-kenangan, Sam memberikan sebuah dokoh dan berkata kepada Nurbaya “Berjanjilah kau engkau akan memakainya seumur hidupmu, Nur” dan Nurbaya pun berbalik memberikan cincin yang dipakaikannya kepada Sam.
Setelah kepergian Sam ke Jakarta, keduanya tak ada putus hubungan mereka selalu mengirimkan kabar melalui surat. Sam selalu bercerita tentang keadaan di Jakarta dan Nurbaya menceritakan hal-hal yang terjadi di tanah minangnya dan tentunya tak lupa saling menanyakan kabar masing-masing. Hingga suatu hari ada kejadian yang tak terduga, pada saat itu perniagaan Baginda Sulaiman sangatlah menunjukan kemajuan yang sangat pesat, sehingga ada salah seorang saudagar kaya raya, kikir dan sombong tidak menyukai hal tersebut ialah Datuk Meringgih.karena kejahatannya itu ia membakar kios-kios Baginda Sulaiman hingga hangus terbakar, bahkan ia juga meracun pohon-pohon kelapa Baginda Sulaiman hingga mati. Disinilah kisah awal penderitaan Nurbaya. Akibatnya semua kejadian tersebut harta Baginda Sulaiman habis dan ia jatuh miskin, Datuk Meringgih berpura-pura ingin membantu dengan meminjamkan uang padahal ia ingin menjatuhkan Baginda Sulaiman. Akhirnya akibat terbelit hutang yang banyak terhadap Datuk Maringgih terpaksa tanahnya akan disita dan Baginda Sulaiman akan dimasukan ke penjara, kecuali jika Nurbaya mau menikah dengan lelaki tua yang berumur lebih dari setengah abad itu, hutang ayahnya dianggap lunas. Seakan tak bisa melihat penderitaan ayahnya akhirnya Nurbaya menyanggupi itu semua dengan menikah dengan Datuk Meringgih.
Kebahagian terlihat dari senyum Syamsul Bachri saat ia menerima sebuah surat dari Nurbaya, tapi apakah isi dari surat itu ia tak tahu.  Terkejut hatinya saat ia mendapat kabar dari Nurbaya bahwa ia telah menikah dengan Datuk Meringgih. Kemudian saat tiba Bulan Ramadhan ketika libur sekolah ia pulang ke kampung kelahirannya itu dengan rasa kesedihan, dendam serta kekecewaannya saat bertemu dengan kekasih pujaannya yang sudah tak seperti dulu. Tentu saja Nurbaya telah menjadi istri orang dan janjinya telah diingkari walau itu semua bukan kehendaknya. Pada hari saat Sam pulang ke Padang Baginda Sulaiman pulang kerahmatullah, sebelum hembusan nafas yang terakhir ia berpesan kepada Sam untuk menjaga Nurbaya sebagai ganti ayah dan Ibunya.
 Kedukaan masih menyelimuti Nurbaya yang telah bersedih akibat kepergian ayahnya menghadap sang khalik. Kesedihan pun ikut melanda Syamsul yang diusir ayahnya Sutan Mahmud karena perkelahiannya dengan Datuk Meringgih yang dianggap tak punya adat sopan santun. Akhirnya Sam kembali lagi ke Jakarta untuk menempuh pendidikannya disana, hingga suatu ketika Nurbaya menyusulnya ke sana. Namun sungguh liciknya Datuk Merenggih hingga dituduhnya Nurbaya membawa lari hartanya ke Jakarta dan pada akhirnya Nurbaya pun disuruh pulang kembali ke Padang untuk menyelesaikan urusannya dengan polisi.
Akhirnnya pulanglah Nurbaya kembali ke kota Padang yang menjadi bayangan yang mengerikan baginya. Awalnya ia amat berbahagia karena dapat bersama dengan kekasihnya Syamsul Bachri. Tapi tak ada jalan lain untuk menyelesaikan masalahnya ia harus pulang ke tanah kelahirannya itu. Dan saat ia sampailah disana Nurbaya dikatakan tidak bersalah dan itu hanyalah akal-akalan Datuk Meringgih saja. Tak cukup sampai disini kejahatan Datuk Meringgih kemudian ia membunuh Nurbaya dengan memberikan racun pada makanannya. Kesedihan menyelimuti Sam ketika mendengar berita tersebut, seakan hatinya telah dirobek dan dibuang ke laut. Setelah itu Sam berusaha bunuh diri untung saja usaha itu bisa dibatalkan oleh temanya Arifin. Dan akhirnya Sam masih hidup.
Tak kuasa menahan rasa sakitnya yang lalu, wajah Nurbaya masih selalu hadir dalam mimpinya. Seakan tak percaya cita-citanya hanyalah sebuah angan, kasihnya pun tak sampai. Sungguh malang nasib Sam saat itu karena tak hanya kematian Nurbaya saja yang menjadi hari kehancurannya melainkan kematian ibunya. Setelah sepuluh tahun kemudian, terdapat pergolakkan di kota Padang dan akhirnya Sam ikut menjadi salah satu anggota militer dalam menyerang orang-orang yang menjadi penyebab pergolakan tersebut. Tidak lain yang menjadi dalangnya adalah Datuk Meringgih. Pertumpahan darah pun terjadi keduanya beradu senjata dan akhirnya keduanya meninggal. Terbayarlah sudah penderitaan yang sudah dirasakannya akibat kelakuan Datuk Meringgih yang telah menghilangkan nyawa kekasih, Ibu, dan saudara-saudaranya. Harta dan tahta hanyalah sementara, dalam sekrjab saja Tuhan akan mengambil nyawa kita, dan tak ada guna lagi harta itu di alam kubur nantinya. Namun cinta hingga mati akan abadi, walau tak sampai di dunia ini, semoga di akhirat akan bertemu kembali.  











Kesan :
Buku ini memang sangat berkualitas, dan sangat patut mendapat penghargaan khususnya dari masyarakat. Sudah terbukti roman angkatan tahun 20 ini sangat populer hingga alur ceritanya tak hanya disajikan dalam bentuk novel tetapi dalam bentuk drama maupun dunia perfilman di Indonesia. Hal ini dikarenakan si pengarang Marah Rusli telah menyajikan kisah cinta yang cukup mengharukan dilihat dari pengorbanan Syamsul Bachri demi sang pujaan hatinya Sitti Nurbaya dia rela meninggalkan keluarga, pendidikan bahkan nyawanya sekaligus. Dia juga selalu berpegang teguh dengan janji-janjinya.
Disisi lain pengarang juga menggambarkan sosok Datuk Maringgih saudagar kaya, yang beristri banyak, kikir, dan sombong. Disini pengarang menyimpan sebuah amanat kepada pembaca bahwa kita hidup di dunia ini hanya sementara, sebanyak-banyaknya harta kita jika Tuhan sudah berkehendak dalam sekejab semuanya akan sirna. Jadi beberapa hal yang sangat menonjol bisa kita tangkap bahwa Tuhan itu maha kuasa. Dan segala sesuatu yang ada di dunia ini adalah kehendaknya. Jodoh, rezeki, mati itu di tangannya yang tak ada satu pun  manusia yang mengetahuinya. 
Kemudian satu hal yang saya tangkap, jika kebanyakan orang mengatakan novel ini menceritakan tentang kawin paksa, mungkin sedikit saya lebih suka menyatakan ini adalah kebaktian anak kekpada orang tua. Karena di puncak cerita saat Baginda Sulaiman jatuh miskin, beliau tidak memaksa Sitti Nurbaya untuk menikahi Datuk Meringgih, namun beliau masih memberikan pilihan kepada Nurbaya. Dan karena kerelaan hati serta keteladanannya terhadap orang tua ia rela menikahi Datuk Meringgih asalkan ayahnya tidak dipenjara. Untuk nuansa cinta tidak perlu diragukan, aroma cinta lewat syair-syair pantun begitu menggugah retorika seseorang semakin jernih. Budaya-budaya khas padang masih nampak walau sedikit dibumbui dengan hal-hal modern yang sudah mulai muncul.

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

TEKS DAN DRAMA AUDIO NEGOSIASI

Teks Laporan Hasil Observasi